Senin, 16 Agustus 2010

ASAL USUL MANUSIA

Proses pembelajaran alam pemikiran terhadap eksistensi karakter pribadi, bisa dimulai dengan menginsafi hakekat kejadian anatomi manusia. Bahan baku jasad manusia, bila ditelusuri kembali, memungkinkan manusia untuk membentengi diri dari sikap arogan, sombong dan bangga diri. Nutfah yang membentuk jasad sempurna seorang manusia, hanyalah setetes mani. Satu sel spermatozoa yang membuahi indung telur perempuan, lewat proses engineering yang canggih, tahapan-tahapan pembentukan anatomi manusia berjalan. Dari cairan sperma yang performa lahirnya sama sekali jauh dari keindahan itulah manusia diciptakan. Coba tuangkan sesendok air di telapak tangan, kemudian amati dan bayangkan bahwa dari cairan sejenis air itulah organ tubuh kita dibuat.

'Bukankah keadaannya dahulu hanya setetes mani yang dipancarkan ke dalam rahim ?. (Qs.75 : 37)

Apakah manusia itu mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja 1), tanpa pertanggungan jawab ? (Qs. 75 : 36)

1.Maksudnya, kalau di dunia tidak usah mengerjakan perintah Tuhan dan menghentikan larangannya, sementara di akhirat tidak akan menghadapi hari berhisab.

Mampukah kita melihat bahwa dalam setetes sperma itu terdapat tangan, hidung, mata, telinga, kaki, jantung, tulang-tulang, batok kepala dan organ lainnya ? Adakah kepandaian, kelincahan, kecantikan, ketampanan yang sering disombongkan itu ? Di mana jabatan, pangkat, ilmu dan harta kekayaan yang sering dijadikan pijakan untuk membanggakan diri dan meremehkan manusia lain ? Tidak ada satu halpun yang bisa dibanggakan dari setetes mani yang menjijikkan itu. Lalu kenapa ketika sebuah perpaduan organ-organ itu telah terbentuk dan berkembang menjadi tubuh yang sempurna, manusia sering lupa, dari mana mereka diciptakan. Hidung mancung, otak brilian, wajah tampan, cantik membuat manusia lupa asal kejadiannya, kemudian berjalan dengan angkuh. Jabatan, gelar dan harta ternyata mampu menyilaukan manusia serta membuatnya buta akan kelemahannya. Menepuk dada karena tidak kunjung sanggup menyadari bahwa semua itu bukan miliknya.

Dari situ seharusnya kita malu dengan pribadi kita selama ini yang masih sering dijangkiti sifat ke-aku-an, sombong dan tinggi hati. Cobalah kita renungkan, dengan bahan baku kita yang hanya setetes cairan mani itu, sesungguhnya alasan apakah yang mendorong kita untuk berani merasa hebat, superior dari yang lain atau egosentris ? Dari sudut pandang manakah manusia menilai, sehingga mereka merasa pantas disanjung dan dikhlutuskan ? Sebaiknya kita mulai mencari, dari mana sebenarnya dorongan sombong, ingin dipuji, tertutup dari kritik, dan merasa lebih tinggi dari yang lain. Karena ada makhluk lain yang mula-mula mengawali memakai kesombongan sebagai pakaiannya. Dialah syaitan satu-satunya musuh manusia dalam permainan hidup ini. Dan syaitan pulalah yang pernah berjanji dan meminta ijin Tuhan untuk menjadikan manusia sombong dan lupa bersyukur. Karenanya, mari kita ajak diri ini untuk bertafakkur sampai jiwa ini benar-benar terduduk lalu bersujud. Sehingga terhindar dari bujukan dan serangan syaitan yang selalu mendongakkan kepala karena kecongkakan. Untuk hal ini kita dibantu Allah agar mampu menyegarkan ingatan terhadap siapa sebenarnya kita ini.


Artinya : Hendaklah manusia merenungkan dari benda apa dia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar, keluar dari antara tulang pinggul dan tulang rusuk. (Qs. 86 : 5-7)

Peringatan Allah tersebut disampaikan berkaitan dengan tingkah manusia sudah melampaui batas. Ketika dengan tak tahu diri, manusia mencuri baju kebesaran Tuhan dan memakainya. Pakaian itu adalah kesombongan. Di mana hanya Allah-lah yang berhak sombong dan hanya Dialah yang paling berhak menyandang semua gelar kebesaran dan segala bentuk pujian. Namun manusia dengan segala kenaifannya, lupa diri dan ikut-ikutan menyombongkan diri dan minta dipuji. Dengan ketampanan dan kecantikan, kita lalai untuk bersyukur. Jabatan dan pangkat melahirkan sifat kebal kritik. Ilmu yang dimiliki menutupi akal budi dari masukan pihak lain. Harta kekayaan melupakan kita dari mengingat Allah dan perbekalan hari akhirat. Kesadaran yang rendah terhadap konsep setetes mani juga menjadikan manusia lupa bahwa manusia lain adalah saudara, karena berasal dari zat yang sama. Sehingga jangan heran bila kemudian banyak terjadi persaingan, permusuhan dan bentrokan. Hilang sudah jiwa kasih sayang antar sesama bersamaan dengan hilangnya kesadaran bahwa sesama manusia adalah saudara.


Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami telah menciptakannya dari setetes air mani, tetapi kemudian menjadi musuh Kami seterang-terangnya 1).
1) Kalau manusia tahu bahwa ia dijadikan dari air mani yang hina, tentu ia tidak akan sombong, apalagi menjadi musuh Tuhan. (Qs. 36 : 77).

Dulunya manusia itu hanya setetes mani, lalu ketika sudah berujud manusia, bisa-bisanya menentang kehendak Allah dan memperturutkan nafsunya sendiri.Sungguh sebuah kedurhakaan yang amat besar.

Ditulis oleh: Sri Deviyanti*

source ; http://www.blogg3r.co.cc

Tidak ada komentar: